Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Bismillah, dengan menyebut nama Allah, Sang Pemilik CInta Hakiki. Bersamaan dengannya, shalawat dan salam semoga tetap tercurah untuk kekasih-Nya shallallahu alaihi wassallam. Amma ba’du.
Bagaimana kabarmu?semoga kamu selalu berada dalam dekapan cinta-Nya. Kamu tahu? Aku telah mengumpulkan kepingan-kepingan keberanian untuk menorehkan tinta di atas kertas ini, lalu mengirimkannya kepadamu. Aku harap, hidupmu setelah ini tidak terusik hanya karena selembar kertas di tanganmu ini.
Tak terasa, keakraban kita, telah menyusuri lorong waktu empat tahun lamanya. Tentu bukanlah bak kejapan mata. Akan banyak hal penting, tumbuh, berkembang, bertambah, dan berubah apabila kita melewatkannya sia-sia.
Ada sesuatu yang unik sejak aku mengetahui keberadaanmu sejak perpisahan kita bertahun-tahun. Sejak kali pertama kalimat awalmu terkirim menuju mesenger facebook kala itu. Sesuatu yang sama yang dirasakan oleh Fatimah radhiyallahu anha terhadap Ali radhiyallahu anhu sebelum pernikahan mereka. Kemudian, kusebut sesuatu itu unik. Mengapa? Karena sejak kala itu hingga hari ku menuliskan surat ini, sesuatu itu tidak pernah berubah. Ia tsabat, meski telah ku coba menghilangkannya.
Mungkin kamu bertanya-tanya, mengapa? Jawabannya sederhana saja, karena kamu orang pertama. Jawaban rumitnya adalah bahkan sejak sepuluh tahun yang lalu, kaulah yang pertama. Beberapa hal remeh yang mungkin tak kau sedari menarik perhatianku.
Aku selalu beusaha meyakinkan diri sendiri, memupuk taman iman yang sering layu, bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak-Nya. Terkadang, keinginan-keinginan yang diharapkan tidak berbanding lurus dengan takdir yang Ia gariskan, maka disitulah letak ujian keimanan. Oleh karena itu, tujuanku menulis surat ini hanya sekadar menyatakandan menyampaikan “sesuatu” yang tersembunyi, bukan untuk menuruti nafsu agar ia terbalas.
Aku tahu, apa yang aku lakukan, mengantarkanku pada ujung jembatan persahabatan dan meruntuhkannya. Kemudian, entah aku akan membangun jembatan baru yang lebih indah, atau aku akan kehilangan puing-puing jembatan tersebut tertelan waktu. Tapi, apabila yang terjadi adalah kejadian kedua, aku harap, aku bisa kembali menemukan puing-puing yang menghilang dan bertanggung jawab membangunnya kembali.
Terimakasih sudah membca coretan ini. Semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kebaikanmu.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Sukabumi, 17 Juni 2022
@maryamahdiyyah