---
Aku memilih untuk bertahan. Tidak, bukan bertahan untuk memaksanya. Aku bertahan pada prinsipku untuk mencintai dengan tulus tanpa menuntut balasan. Aku ingin tetap menjadi aku, yang mencintai dengan cara yang baik, meski tak tau hasilnya.
Namun, aku juga manusia. Keraguan mulai menghantui. Aku bertanya-tanya, apakah aku melakukan kesalahan? Apakah aku tidak cukup baik di matanya? Atau mungkin aku terlalu cepat berharap ketika dia masih terjebak dalam kebimbangannya sendiri?
Kini, aku memilih untuk diam sejenak. Bukan untuk menyerah, tapi untuk memberi ruang bagi hatiku sendiri. Aku percaya, jika dia memang untukku, maka dia akan kembali pada waktunya. Jika tidak, mungkin Allah telah menyiapkan rencana yang lebih baik untukku.
Dalam perjalanan ini, aku belajar satu hal yang penting: mencintai diri sendiri lebih dulu. Aku menyadari bahwa kebahagiaanku tidak seharusnya bergantung pada penerimaan orang lain. Aku harus menjadi utuh, dengan atau tanpa dia.