Matahari hendak beranjak keperaduannya, menyusul alunan sholawat dan tilawah dari towa surau kampung yang terdengar sangat khas menjelang maghrib. Segerombolan anak-anak yang sedang bermain pun segera beranjak pulang ke rumah dan bersepakat akan bertemu lagi di surau untuk shalat jamaah.
Namun, suasana berbeda justru terjadi di rumah Faaza. Semua orang sibuk mempersiapkan acara malam ini, ayah, ibu, bahkan bibi dan bude faaza datang membantu.
"Acara pertemuan keluarga, sayang."
Jawab Ibu ketika Faaza menanyakannya. "Oiya, pokoknya kamu harus dandan dan pakai pakaian yang bagus nanti, jangan asal kayak biasanya." Lanjut ibu.
"Yee, biasanya juga rapi, cuman jarang pake bedak atau polesan apa itu yang bude Wina kasih." Faaza tidak mau kalah.
"Iya iya, tapi acara nanti kamu harus pake, kalau perlu ke rumah bude, pake makeup yang ada disana." tetiba bude Wina menyahut, seperti nya merasa namanya disebut-sebut. Ibunya hanya tersenyum. Faaza benar-benar tidak mengerti apa keinginan dua orang kakak beradik itu hingga hal yang harus ia lakukan hanya mengikuti, ia sedang tidak ingin berdebat, karena ia tahu akan kalah. Meski hanya debat hanya bercanda untuk meramaikan suasana.
Selepas isya, semua orang sudah bersiap diatas karpet yang digelar di ruang tamu. Ayah, ibu, dua adik perempuan ku Lisa dan Afi, bude, pakde, bahkan hadir juga Ustadz Rahmat, ustadz kampung kami. Ketika aku hadir dan ikut berkumpul duduk bersama mereka, mereka menatapku. Melihat pemandangan ini, tetiba perasaan Faaza tidak enak. Apa acara ini ada hubungannya dengan aku? batinnya.
"Nah, itu calon besan kita sudah datang." seru bude Wina mendengar suara deru mobil di pekarangan. Deg! Tuh kan malah nyebut nyebut besan, haduh fix ini pasti perjodohan. Siapa lagi kalau bukan aku. Faaza semakin ber overthinking.
Semua yang hadir sudah berdiri dan menyambut tamu tersebut.
part 2 entah kapan....
0 comments:
Posting Komentar