Minggu, 19 Maret 2023

Jangan Percaya Aku

0 comments

11 Desember 2022 aku mempublikasikan tulisanku di blog ini tentang "Tidak lagi tengtangmu". Saat itu aku berpikir, aku benar-benar tak lagi berpikir tentangmu, tapi entah kenapa hari ini hatiku goyah. Hari ini kau ada job moderator di sebuah acara dakwah. Melihatmu di sebuah pamflet, hatiku kembali berdegup tak karuan. Kau tau apa yang aku lakukan? Aku berusaha mencari link streaming untuk ini, karena tetiba aku ingin melihatmu. Aku chat seorang ustadz, yang aku tidak ingin berbicara dengannya, namun ialah penanggung jawab acara ini. 



Kau tahu? harapanku hanyalah tinggal harapan belaka. Pukul 20.00 WIB tak ada yang menghubungiku untuk memberikan link. Meskipun begitu, aku tau kau sangat keren disana. Bahkan kau sangat keren sampai-sampai terus bertahta di hatiku enggan lengser jabatan. Ramadhan sudah ada di depan mata, apakah aku harus meneruskan doaku yang tentunda karena tak yakin. Kau tahu, impianku adalah memperlihatkan tulisanku ini padamu kelak, jika kau adalah takdirku. Impian yang hanya Allah yang tahu apakah doaku ini terkabul atau hanyalah tabungan pahala di akhirat kelak. Aku mengagumimu wahai moderator acara hari ini.



Belum Pantaskah Aku Menjadi Muridmu?

0 comments
17 Januari 2023

"Besok dauroh sama Ustadz Dian" seru teman-teman bergembira. Aku? Aku biasa saja karena yang aku pikirkan adalah Ustadz Dian dosen prodi pendidikan. Menurutku ia tak begitu menarik perhatianku. Dauroh yang kutunggu-tunggu hanyalah dauroh hari pertama, yang dijadwalkan bersama ustadz Adian Husaini. Qodarullah beliau belum bisa datang. Teringat sekali, sabtu pagi aku bersemangat dan bergegas menyiapkan segala hal yang dibutuhkan untuk dauroh ini; seperti LCD, proyektor, laptop, speaker. Kenapa? ya karena aku qism makmal dan memang tugasku. Tapi hari itu aku sangat menunggu-nunggu kehadiran beliau. Lima menit, sepuluh menit, setengah jam, beliau tak datang. Pupus sudahlah harapan ketika penanggungjawab dauroh ini mengatakan kalau sang Ustadz tidak bisa datang.

Dauroh yang dikabarkan bersama Ustadz Dian berlangsung keesokan harinya. Hari ini aku tidak memiliki semangat untuk mengikuti. 
"Ukhti, ayo makan-makan aja." Aku menurut, karena menurutku itu adalah ide bagus untuk membunuh waktu liburan yang sangat membosankan ini.Hingga datanglah para akhwat dari masjid.

"Aku suka banget daurohnya."
"Iya, beliau keren."

Temanku yang sedang makan-makan denganku pun terusik, "Emang dauroh sama siapa?"
Mereka pun menjawab, "Ustadz Adian Husaini."

Deg! Jadi yang dimaksud Ustadz Dian adalah Ustadz Adian Husaini. Sungguh penyesalan yang bukan main. Hal yang aku pikir setelah harapanku pupus dalam menunggu beliau tempo hari adalah mustahil beliau akan datang lagi. Ternyata apa yang aku pikirkan salah. Beliau reschedule jadwal daurohnya.


Yassalamm, apakah aku yang naif ini belum pantas menjadi muridmu, wahai guru? Sungguh aku begitu menyedihkan dan menyesali karena meremehkan. Allahummaghfirli


*Picture diambil dari twitter HIMA KPI Ar Raayah

Duka Sulung

0 comments

Sebagai anak pertama, aku merasa bangga terhadap diri sendiri. Kecewa, amarah, kesal adalah makanan sehari-hari yang harus dilahap. Pengorbanan hati dan pikiran merupakan hal yang tak dipisahkan dari kehidupan. Mengikhlaskan keinginan adalah sakit laranya. Perasaan yang tidak akan dipahami oleh anak tengah bahkan bungsu. 

Mungkin kau akan mengira aku berlebihan. Yah, karena kau bukan anak pertama.