Selasa, 25 Februari 2025

Seni Menggambar

0 comments


Hidup adalah seni menggambar tanpa menghapus. Apa yang pernah kita torehkan tidak akan mungkin terhapus, yang tersisa hanyalah kenangan masa lalu. Namun, seperti seorang pelukis yang terus menggoreskan warna di atas kanvas, kita selalu memiliki kesempatan untuk menambahkan sentuhan baru. Setiap kesalahan bukanlah noda yang harus disesali, melainkan bagian dari komposisi yang membentuk keindahan hidup kita.

Mungkin ada garis yang tidak sempurna, bayangan yang terlalu gelap, atau warna yang tak sesuai harapan, tapi bukankah itu yang membuat lukisan menjadi unik? Kita tidak bisa menghapus masa lalu, tapi kita bisa belajar darinya untuk menciptakan karya yang lebih indah di masa depan. Hidup bukan soal bagaimana menghindari kesalahan, tapi bagaimana menjadikannya bagian dari kisah yang layak dikenang. Jadi, teruslah menggambar, menorehkan cerita, dan menciptakan mahakarya yang kelak bisa kita banggakan.

(Bukan) Tentang Foundie

0 comments
Kenapa selalu begitu?
Foundie yang kuinginkan selalu ada di rak paling atas.
Jauh dari jangkauan, membuatku harus meminta bantuan.
Saat akhirnya ada di tangan, ternyata harganya terlalu tinggi.
Belum sanggup kubayar, belum mampu kumiliki.

Harus menunggu, harus menabung, entah sampai kapan cukupnya.
Kadang kupikir, mungkin lebih baik sekadar melihat dari bawah saja.
Tak perlu meminta, tak perlu menyentuh, takut jatuh, takut rusak,
takut tak bisa mengganti, takut kehilangan sebelum sempat memiliki.

Ah, tapi ini bukan hanya tentang foundie...
Atau mungkin, justru ini memang tentang foundie.
Tentang sesuatu yang diinginkan, tapi tak bisa digapai seketika.
Tentang harapan yang harus disabarkan, tentang mimpi yang butuh jalan.
Mungkin suatu hari nanti, jika memang ditakdirkan,
ia akan ada di genggaman—tanpa takut, tanpa ragu, tanpa penyesalan.


Minggu, 16 Februari 2025

Hidup untuk Sadar, Salah untuk Belajar

0 comments
REST AREA YUK NGAJI
Ahad, 16 Februari 2025
Gedung Sutedjo, Purwokerto

Aku dan kamu adalah tokoh utama hari ini. Setiap tokoh utama memiliki sutradara, dan sebagai seorang hamba, sutradara kita adalah Allah SWT. Dialah yang mengatur setiap langkah, mengarahkan setiap adegan dalam hidup kita. Tidak ada satu pun skenario yang luput dari perencanaan-Nya, termasuk pertemuan, kehilangan, dan perjalanan panjang yang kita lalui.

Dalam perjalanan ini, jangan biarkan temanmu berjalan sendirian. Tetaplah temani temanmu yang sedang patah hati, karena menemani mereka adalah ibadah sepanjang masa. Sahabat sejati bukan hanya ada saat bahagia, tetapi juga tetap tinggal saat kesedihan melanda. Kehadiran seseorang yang memahami, meski tanpa banyak kata, sering kali menjadi penguat di saat semuanya terasa berat.

Namun, tidak semua hubungan membawa kebaikan. Ada kalanya kita harus memilih siapa yang tetap dalam lingkaran kita dan siapa yang sebaiknya kita lepaskan. Jika lingkunganmu justru membuatmu kehilangan arah, CUT OFF semua dan cari circle yang bisa menjaga kewarasan. Hidup ini bukan hanya tentang bertahan dalam situasi yang menyakiti, tetapi juga tentang memilih dengan siapa kita berjalan. Karena teman yang baik akan mendekatkanmu pada kebaikan, sementara lingkungan yang buruk perlahan akan mengikis nilai yang kau pegang.

Allah telah memberi karunia rahim kepada perempuan. Fitur rahim inilah yang menjadikan perempuan memiliki kasih sayang yang luar biasa, karena RAHIM berasal dari asma Allah (RAHMAN - RAHIM). Kasih sayang yang begitu dalam ini bukan hanya diberikan kepada orang lain, tetapi juga harus diterapkan pada diri sendiri. Sebab, bagaimana mungkin seseorang bisa mencintai dengan benar jika ia tidak menghargai dirinya sendiri?

Hai kamu.
Kamu sempurna dengan apa adanya dirimu, dengan cahaya utamamu. Jangan biarkan standar orang lain meredupkan sinarmu. Setiap orang memiliki keunikan yang tidak bisa dibandingkan dengan yang lain. Kita tidak dituntut untuk menjadi seperti orang lain, tetapi untuk menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.

Perbedaan antara cantik dan istimewa:
Cantik belum tentu istimewa, tetapi istimewa tidak perlu cantik. Ada sesuatu yang lebih berharga dari sekadar penampilan, yaitu bagaimana kita membawa diri dan memberi arti bagi orang lain. Keistimewaan seseorang tidak ditentukan oleh fisik, tetapi oleh sikap dan cara ia berinteraksi dengan sekitarnya. Maka, berhentilah mencari validasi dari luar, karena keistimewaan sejati datang dari dalam diri.

Dan ingat, kebahagiaan sejati tidak bergantung pada validasi manusia. Bukan tentang seberapa cantik di mata orang lain, bukan pula tentang memiliki seseorang di sisi. GAPAPA GA PUNYA AYANG, YANG PENTING PUNYA ALLAH YANG MAHA PENYAYANG. Tidak ada kasih sayang yang lebih tulus daripada kasih sayang Allah. Karena itu, jangan merasa kurang hanya karena belum memiliki pasangan. Diamond hanya bisa dipotong oleh diamond. Kalian luar biasa, jaga diri baik-baik.

STOP BANDINGKAN DIRIMU DENGAN ORANG LAIN.
Setiap orang punya perjalanan masing-masing. Ada yang jalannya cepat, ada yang lambat. Ada yang terlihat sukses di usia muda, ada yang menemukan jalannya nanti. Semua memiliki waktu yang telah ditetapkan oleh Allah. Maka, jangan biarkan perbandingan membuatmu kehilangan jati diri. Asli nyata, raih mimpi, wujudkan visi dan misi orang tua terhadapmu, lalu kejar mimpimu sendiri. Jangan takut bermimpi, tapi pastikan langkah-langkahmu selaras dengan harapan mereka yang telah berjuang untukmu.

Namun, di dunia ini, ketaatan tidak selalu mendapat dukungan. Dunia tidak support ketaatan. Kita hidup di tengah sistem yang menuntut kita menjadi individu yang hanya memikirkan diri sendiri. NEOLIBERALISASI telah membentuk pola pikir bahwa menikah harus dalam kondisi kaya, dan tidak menikah jika masih miskin. Betulkah?

Tentu tidak. Ini bukan sekadar masalah pribadi, tetapi juga sistem yang telah mengakar. Kita dipaksa berpikir bahwa segala sesuatu harus sempurna sebelum memulai, padahal kehidupan itu sendiri adalah proses belajar. Ini adalah masalah kompleks, yang bahkan melibatkan wewenang negara. Jika kita terus mengikuti arus tanpa mempertanyakan, kita akan terseret jauh dari nilai-nilai yang seharusnya kita pegang. Maka, jangan terkacau oleh aturan yang bukan berasal dari agama kita. Beranilah berpikir dan bertindak sesuai dengan kebenaran, meskipun itu bertentangan dengan standar dunia.

HIDUP UNTUK SADAR, SALAH UNTUK BELAJAR.
Tidak ada manusia yang sempurna. Jika kita salah, maka itu adalah kesempatan untuk belajar. Maka, JANGAN ZINA. MENIKAHLAH!! JANGAN RIBA. BERDAGANGLAH!! Kehidupan ini adalah pilihan. Kita bisa memilih jalan yang Allah ridhoi, atau jalan yang hanya terlihat mudah tetapi penuh jebakan.

Jadilah seseorang yang bisa men-support ketaatan orang lain, dan jadikan lingkunganmu sebagai support system yang menguatkan dalam kebaikan. Kita diciptakan untuk berguna. Jika selama ini kita terlalu sibuk mencari seseorang atau sesuatu, mungkin sudah saatnya kita beralih menjadi seseorang yang memberi manfaat. Daripada sibuk mencari, lebih baik sibuk menjadi.

Menjadi manusia itu harus sadar: kita diciptakan oleh siapa, untuk apa, dan mau ke mana setelah ini. Jangan sampai sibuk dengan kehidupan dunia sampai lupa bahwa ada kehidupan setelah ini. Semua yang kita lakukan akan dipertanggungjawabkan. Jangan menyia-nyiakan kehidupan yang sudah Allah amanahkan.

Terima kasih, aku, masih tetap di sini tanpa harus berputus asa.
KEEP SMILE BROH!

— Wafa Zahidah 'Azzam

Minggu, 02 Februari 2025

Bunga Plastik yang Kupetik Part 2

0 comments


---


Aku tidak pernah menyangka bahwa rasa yang tumbuh diam-diam selama satu tahun akhirnya terungkap dengan cara yang tidak terduga. Aku mengaguminya sejak lama, bukan karena hal yang dangkal, tetapi karena kebaikan, kesantunan, dan keteguhannya pada nilai-nilai agama. Diam-diam, aku menyimpan harapan bahwa suatu saat kami akan berjalan di jalan yang sama.


Hingga suatu ketika dia tiba-tiba menghubungiku. Sebuah pesan singkat yang membawa harapan besar. Dia bilang ingin serius, berbicara tentang jenjang pernikahan. Saat itu, hatiku berdebar hebat. Aku berpikir, Allah sangat menyayangiku hingga Ia memeluk doa doaku


Namun, seperti angin yang berembus cepat, euforia itu segera berubah menjadi kebingungan. Dia mulai bercerita tentang keraguannya, tentang rasa tidak cukup baik yang menggelayut di hatinya. Kata-kata seperti "Aku belum siap" dan "Jangan terlalu berharap" menusukku lebih dalam daripada yang kukira.


Aku berusaha terlihat tegar. Aku mencoba memahami dan menghargai kejujurannya. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Harapan yang sempat membubung tinggi kini jatuh perlahan, meninggalkan rasa patah yang tak kasat mata. Aku bertanya-tanya, apakah aku terlalu berharap pada sesuatu yang sebenarnya rapuh?