Minggu, 02 Februari 2025

Bunga Plastik yang Kupetik Part 2



---


Aku tidak pernah menyangka bahwa rasa yang tumbuh diam-diam selama satu tahun akhirnya terungkap dengan cara yang tidak terduga. Aku mengaguminya sejak lama, bukan karena hal yang dangkal, tetapi karena kebaikan, kesantunan, dan keteguhannya pada nilai-nilai agama. Diam-diam, aku menyimpan harapan bahwa suatu saat kami akan berjalan di jalan yang sama.


Hingga suatu ketika dia tiba-tiba menghubungiku. Sebuah pesan singkat yang membawa harapan besar. Dia bilang ingin serius, berbicara tentang jenjang pernikahan. Saat itu, hatiku berdebar hebat. Aku berpikir, Allah sangat menyayangiku hingga Ia memeluk doa doaku


Namun, seperti angin yang berembus cepat, euforia itu segera berubah menjadi kebingungan. Dia mulai bercerita tentang keraguannya, tentang rasa tidak cukup baik yang menggelayut di hatinya. Kata-kata seperti "Aku belum siap" dan "Jangan terlalu berharap" menusukku lebih dalam daripada yang kukira.


Aku berusaha terlihat tegar. Aku mencoba memahami dan menghargai kejujurannya. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Harapan yang sempat membubung tinggi kini jatuh perlahan, meninggalkan rasa patah yang tak kasat mata. Aku bertanya-tanya, apakah aku terlalu berharap pada sesuatu yang sebenarnya rapuh?



0 comments:

Posting Komentar