Jomblo Kaya Harta, Kaya Hati
Oleh: Maryam Mahdiyyah
@maryamahdiyyah
Mengartikan kaya bagi banyak orang bisa jadi berbeda-beda. Ada yang mendefinisikan mempunyai banyak rumah, kendaraan, kartu kredit, dan usaha bisnis. Ada pula yang mengartikan orang kaya adalah mereka yang mempunyai harta cukup untuk kebutuhan satu bulan tanpa kerja keras. Dan ada juga yang berfikir sederhana bahwa kaya adalah dapat melunasi dan terbebas dari hutang dan kaya itu adalah senormalnya hidup, tanpa beban dan pikiran.
Wah, siapa sih yang nggak ingin kaya? Aku percaya, sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada orang yang ingin hidup miskin. Akan tetapi kenyataannya, si miskin lebih mendominasi bumi ini dibanding si kaya. Hmm, memangnya susah ya jadi orang kaya? Apakah harus mempunyai pendidikan tinggi dulu? Atau harus berlari ke dukun, meminta pengasihan? Haruskah serumit itu? Sungguh naif sekali manusia yang berfikir seperti itu. Tidak! Semua manusia yang selalu berpeluk pada kata usaha bisa kaya tanpa itu semua. Bagaimana caranya?
Uang memang bukan segalanya. Tapi, hamper segala hal bias jadi mudah berkat uang. Karena itu, banyak pertanyaan bagaimana cara menjadi kaya sering diungkapkan. Rumus kaya sebenarnya sederhana, yaitu usaha, doa, dan tawakkal. Ketiga rumus ini saling berkaitan satu sama lain. Jadi, tidak bisa kita meninggalkan salah satunya. Tapi, ada tuh mereka yang kaya tapi dari segi agama mereka kurang bagus, yang hanya mengandalkan usaha tanpa doa, apalagi tawakkal. Ada juga mereka yang hanya rebahan dan duduk manis di rumahnya bisa jadi kaya raya, jadi gimana tuh? Kawan, kita memang tidak bisa memilih untuk lahir dari keluarga kaya atau misin. Tapi, kita bisa memilih untuk berjuang menjadi kaya atau tetap diam dalam kemiskinan. So, semua keputusan dan usaha untuk mewujudkan itu semua berada dalam genggamanmu.
Sebagai jomblo, berjuang menjadi kaya raya sangat mungkin dilakukan. Mulailah dengan usaha bisnis kecil-kecilan. Jadilah dirimu sendiri dan tidak usah merasa gengsi dengan apa yang diusahakan. Jangan lupa, tetap upgrade wawasan dan ilmu tentang bisnis. Berbagai informasi bisnis, bisa dengan mudah diakses melalui jejaring sosial. Serta mencoba untuk belajar memanfaatkan waktu sebaik mungkin, kapan waktu belajar, bisnis juga beribadah. Insya Allah, jika semua itu diiringi doa tanpa henti dan kepercayaan bahwa hanya Allah yang mengatur dan memberi rezeki, maka Allah tak akan membiarkan hambanya hidup dalam kemiskinan, biidznillah.
Gampang kan tips dan trik menjadi kaya? Semua orang bisa mencoba tanpa harus melakukan hal yang dilarang agama. Tapi dari semua itu, ada kekayaan yang lebih penting dari sekedar kaya harta. Apa itu? Yaitu kaya hati. Apa kita harus menguasai hati orang lain? Bukan! Maksud dari kaya hati adalah, merasa cukup dan lapang dada atas apa yang Allah berikan dan selalu bersyukur. Biasanya, orang yang kaya hati dia sangat ringan tangan membantu kesusahan orang lain, tidak pelit, apalagi kikir terhadap harta.
Kekayaan sejati tempatnya berada di dada. Menjadi kaya atau miskin adalah soal intelektual. Siapa pun yang berlapang dada, maka ia sejatinya adalah orang kaya meski tak banyak harta. Sebaliknya, apabila dadanya sempit, selalu merasa kurang dalam hidupnya, maka sejatinya ia miskin, sekalipun mempunyai segudang emas.
Coba, kita perhatikan nasehat suri tauladan kita. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam bersabda, “Kaya bukanlah diukur banyaknya harta dunia. Namun kaya (ghina) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446).
Jadi, kita gak boleh kaya harta nih? Eit, tentu boleh dong, tapi dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Kaya dan miskin itu takdir. Tapi, berjuang untuk kaya atau tetap miskin itu pilihan. Terserah mau pilih yang mana. Asalkan, jika pundi-pundi harta terus bertambah, jangan sampai itulah yang membuat lalai dalam beribadah kepada Sang Maha Kaya.dan lupa akan hak-hak orang lain. Tetap camkan dalam hati bahwa kekayaan hakiki adalah merasa cukup atas apa yang Allah berikan.
Mari kita tilik sejarah sahabat Nabi yang kaya harta sekaligus kaya hati. Tersebutlah Abdurrahman bin Auf rahimahullah yang berhijrah tanpa membawa harta sepeser pun. Akan tetapi dengan kegigihannya dalam berbisnis, doa dan tawakkalnya kepada Allah, ia berubah menjadi saudagar yang kaya raya masa itu. Namun kekayaannya tak lantas membuat Abdurrahman kikir, justru ia sangat dermawan, banyak membantu sesama dengan apa yang ia punya. Hingga pada akhir hayatnya, ia mewasiatkan hartanya kepada istri-istri Rasulullah, para alumni perang badar, dan sedekah untuk faqir miskin. Belum lagi budak-budak yang ia bebaskan secara Cuma-Cuma pada masa hidupnya. Masya Allah, inilah salah satu figur orang kaya yang bisa kita tiru kisah hidupnya.
Selain Abdurrahman bin Auf, sangat banyak sahabat Nabi yang kaya harta sekaligus kaya hati, seperti utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan masih banyak lagi. Ada pula mereka yang tidak memiliki banyak harta, tapi kaya hati, selalu merasa cukup dengan apa yang Allah rejekikan. Allahu akbar.
Tak hanya sahabat Nabi, banyak juga orang-orang kaya zaman sekarang yang telah merasakan berkah kaya hati. Mereka mengakui, dengan merasa cukup, hidup mereka menjadi lebih tenang dan terhindar dari perasaan khawatir jikalau harta mereka akan habis sewaktu-waktu.
Kesimpulannya, sebagai seorang jomblo yang ingin produktif dan bermanfaat untuk orang lain, marilah kita mengkayakan diri kita dengan berbagai usaha duniawi dan ukhrawi. Jangan sampai pundi-pundi kekayaan kita malah mencelakakan orang lain, bahkan diri kita sendiri. Karena kaya harta itu fana, namun kaya hati akan berbuah pahala. Wallahua’lam bis shawwab.
0 comments:
Posting Komentar