Selasa, 23 Juni 2020

Menjual Rambut Demi Suami


Hidup Laya bertambah sempit. Kerabat-kerabat sudah tak lagi sudi lagi mendekat. Tinggalah Laya dan suaminya berjuang menghadapi semua. Dan pada puncaknya, warga yang tak tahan lagi dengan penyakit suami Laya sepakat untuk menyingkirkan Sang suami ke ujung kota. Dan satu-satunya tempat yang boleh ditempati adalah area pembuangan sampah

Laya dan suami hanya bisa pasrah. Dengan penuh kesabaran, Laya merawat suaminya. Laya memang tidak tinggal satu tempat dengan suami mengingat bau busuk yang terlalu tajam. Laya selalu datang menyambangi Sang suami untuk membersihkan tubuhnya dengan cara menaburi pasir lalu membersihkannya. Laya juga menyuapi Sang suami setiap hari.

Laya dan suami hanya bisa pasrah. Dengan penuh kesabaran, Laya merawat suaminya. Laya memang tidak tinggal satu tempat dengan suami mengingat bau busuk yang terlalu tajam. Laya selalu datang menyambangi Sang suami untuk membersihkan tubuhnya dengan cara menaburi pasir lalu membersihkannya. Laya juga menyuapi Sang suami setiap hari.

Apa ini puncak penderitaan?
Bukan. Masih belum. Kini Laya harus mencari nafkah untuk diri dan suaminya. Laya, isteri mantan juragan kaya itu, kini bekerja kesana kemari sebagai pembantu rumah tangga. Upah yang tak seberapa itu ia gunakan untuk makan dirinya dan suami.

Laya begitu sabar menjalani hidupnya karena yakin bahwa Sang suami adalah orang shalih. Ujian yang Allah berikan tak lain adalah ujian untuk meningkatkan derajat dan dan menyeleksi siapa yang sabar dan mampu bertahan. Laya yakin, suaminya adalah manusia pilihan Allah. Buktinya, menghadapi penderitaan seberat itu, lisa suaminya tak pernah sekalipun merintih apalagi mengeluhkan sakitnya. Lisan yang terhubung dengan hati, memiliki kesabaran seluas samudera dan kepasrahan total kepada Dzat yang Maha Kuasa. Lisa yang selalu basah oleh dzikir sepanjang waktu.

Penderitaan mencapai puncaknya manakala orang-orang tahu bahwa Laya masih kontak dengan suaminya, mulai enggan memperkerjakan nya.

 

Mungkin mereka takut tertular lantaran Laya. Sampai akhirnya, Laya benar-benar ditolak oleh seluruh warga kota.

Laya pun gundah, bagaimana caranya bisa mendapat uang? Tak ada lagi yang mau menerimanya, dan tak ada harta yang bisa dijual. Tiba-tiba terlintas ide aneh tapi cukup meyakinkan, Laya nekat mencukur kepalanya hingga botak, lalu menjual rambutnya! Uang hasil penjualan rambutnya kemudian dia gunakan untuk beli makanan.

Saat menghidangkan makanan hasil menjual rambut, Laya tak mampu menutupi gundah nya. Sang suami yang peka pun bertanya, ada apa? Laya pun menceritakan apa adanya. Lalu, demi mendengar penuturan istri tercintanya, Sang suami pun mulai luruh. Tadinya, dia merasa malu untuk sekedar berdoa agar disembuhkan karena merasa ujian yang Allah berikan belumlah setimpal dengan nikmat yang pernah ia rasakan. Dia malu meski sekadar mengaduh. Dia ingin menerima ujiannya dengan keridhaan yang sempurna. Namun, mendengar kisah pilu isterinya, Sang suami yang tak lain adalah Nabi Ayub pun luruh, beliau mengadu kepada Allah;

أنِّيْ مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Maha Penyayang diantara semua penyayang. " (QS: Al Anbiya ayat 83-84)

Sebuah doa yang begitu lirih dan ringkas. Hanya terdengar seperti sindiran halus penuh takzhim dan tak enak hati kepada sang Ilahi. Namun dia yang terucap dari lisan yang sabar adalah doa yang cepat dikabulkan. Allah pun sembuhkan suami Laya dari penyakitnya. Kesembuhan total bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya.


Penderitaan yang dialami Laya selama bertahun-tahun itu kini mulai sirna bahkan kembali seprti semula. Sang suami dapat bekerja dan memperoleh limpahan rezeki dari Allah. Laya pun telah lulus uji kesabaran dan kini dia telah memetik sebagian hasilnya di dunia.

Sumber: Majalah Ar Risalah edisi 217

 

0 comments:

Posting Komentar